TEORI PSIKOANALISIS : SIGMUND FREUD
BIODATA DIRI :
Lahir : 6 Mei1856 Freiberg, Moravia, Austria–
Hongaria, sekarang Republik Ceko
Meninggal : 23 September1939 (umur 83)
London, Inggris, Britania Raya
Tempat tinggal : Austria,
Britania Raya
Kebangsaan : Austria
Bidang : Neurologi,
Filosofi, Psikiatri, Psikologi, Psikoterapi, Psikoanalisis, Literatur
Institusi :
Universitas Vienna
Alma mater :
Universitas Vienna
Dikenal kerana : Psikoanalisis
Dipengaruhi : Aristoteles, Börne, Brentano, Breuer, Charcot, Darwin,
Dostoyevsky, Empedocles, Fliess,
Goethe, Haeckel, Hartmann, Jackson, Jacobsen, Kant, Mayer, Nietzsche, Plato,
Schopenhauer, Shakespeare, Sophocles
Memengaruhi : Adorno,
Althusser, Bass, Bloom, Breton, Brown, Chodorow, DalÃ, Deleuze, Derrida,
Firestone,
PENGENALAN
·
Penekanan kewujudan
impuls luar sedar.
·
Ditakrifkan sebagai
satu kaedah bagi merawati seorang individu yamg meminta bantuan berkaitan
dengan masalah konflik, emosi, dan
ketegangan.
PERKEMBANGAN PERSONALITI
Penentuan psike
·
Semua tingkah laku
dan reaksi emosi manusia mempunyai sebab yang tertentu. Pada lazimnya berkait
rapat antara hubungan sesama insan. Dalam erti kata lain, ada perkaitan antara
tahap sedar dengan tahap tak sedar iaitu antara pemikiran yang rasional dengan
tindakan atau gerakan emosi yang serta merta.
·
Desakan tenaga
seksual kejantinaan yang luas dan tidak tertumpu kepada maksud seks yang sempit
tetapi termasuk segala aspek kepuasan swadiri (LIBIDO).
1.)
Tenaga hidup @
EROS (tenaga kehidupan)
2.)
Desakan agresif @
THANATOS (naluri mati)
PERINGKAT PERKEMBANGAN PERSONALITI
1)
PERINGKAT ORAL:
Ø
Sejak lahir sehingga
18 bulan
Ø
Kepuasan yang mula
dirasai oleh seseorang bayi adalah kesoronokan yang dikecapi di mulut.
Ø
Hampir semua objek
di bawa ke mulut.
3.)
PERINGKAT ANAL:
Ø 2-4 tahun
Ø Berupaya mengawal dirinya
Ø Kepuasan melalui pembuangan najis
Ø Dilatih cara yang sesuai bagi melaksanakan
kehendak pembuangan najis.
Ø Berpendapat bahawa latihan yang dilalui
mempengaruhi sahsiahnya apabila meningkat dewasa.
4.)
PERINGKAT FALIK
Ø
4-6 tahun
Ø
Mula seronok dengan
organ jantina
Ø
Peringkat permulaan kompleks Oedipus : Berlaku
pada kanak-kanak lelaki apabila tanpa disedari ianya tertarik kepada ibunya.
Kompleks Elektra : kanak-kanak perempuan tertarik kepada bapanya .
Ø
Perasaan-perasaan
kecamuk menyebabakan kanak-kanak dalam keadaan gelisah..
Ø
Mula menggunakan
mekanisme bela diri untuk pertahankan dirinya.
Ø
Peringkat paling
kritikal ini akan menentukan kepesatan seksual yang berkembang dalam diri
seseorang individu.
Ø
5.)
PERINGKAT PENDAMAN
Ø 6-12 tahun.
Ø Kehandak seksual terpendam. Maka bermulalah
gejala penyekatan seksual dalam diri individu.
Ø Peringkat ini juga penuh dengan suasana
menguatkan sifat serta ciri kelakian @ pun kewanitaan.
Ø Peringkat ini juga penuh dengan keupayaan
berkawan sesama rakan sama ada dari jantina lelaki atau pun wanita.
Ø Mula menguasai nilai-nilai moral.
6.)
PERINGKAT GENITAL
Ø 12 tahun ke atas.
Ø Remaja mula menaruh minat trhadap rakan sebaya
berlainan jantina.
Ø Kehendak seksual di ganti dengan struktur ego
mengambil alih semula perkembangan diri.
Ø Ego yang terbentuk di jaga dan di kembangkan
secara pengalaman yang baru serta bermakna bagi diri indiviu.
Ø Individu mula dengan peranan sosialisasi,
pelaksanaan aktiviti berkelompok, mula dengan penarikan interaksi seksual dan
persediaan perkahwinan, berkeluarga, dan penetapan vokasional.
Ø Zaman kanak-kanak ditinggalkan dan bermula
dengan peringkat kedewasaan.
Freud membagi mind ke dalam consciousness, preconsciousness dan
unconsciousness. Dari ketiga aspek kesadaran, unconsciousness adalah yang
paling dominan dan paling penting dalam menentukan perilaku manusia.
PEMIKIRAN SEGMUND FREUD :
Menurut teori psikoanalitik Sigmund Freud, kepribadian terdiri dari
tiga elemen. Ketiga unsur kepribadian itu dikenal sebagai id, ego dan superego
yang bekerja sama untuk menciptakan perilaku manusia yang kompleks.
1. Id
ü
Id adalah
satu-satunya komponen kepribadian yang hadir sejak lahir. Aspek kepribadian
sepenuhnya sedar dan termasuk dari perilaku naluriah dan primitif. Menurut
Freud, id adalah sumber segala energi psikis, sehingga komponen utama
kepribadian.
ü
Id didorong oleh prinsip
kesenangan, yang berusaha untuk kepuasan segera dari semua keinginan. Jika
keinginannya tidak dapat, hasilnya adalah kecemasan negara atau ketegangan.
ü
Sebagai contoh,
peningkatan rasa lapar atau haus menghasilkan upaya segera untuk makan atau
minum. id ini sangat penting dalam hidup karena itu memastikan keinginan bayi
dipenuhi. Jika bayi lapar atau tidak nyaman, ia akan menangis sampai tuntutan
id terpenuhi.
ü
Namun, segera
memuaskan kebutuhan ini tidak selalu realistik atau bahkan mungkin. Jika kita
diperintah seluruhnya oleh prinsip kesenangan, kita mungkin menemukan diri kita
meraih hal-hal yang kita inginkan dari tangan orang lain untuk memuaskan
keinginan kita sendiri. Perilaku seperti ini akan mengganggu dan sosial tidak
dapat diterima. Menurut Freud, id mencuba untuk menyelesaikan ketegangan yang
diciptakan oleh prinsip kesenangan melalui proses utama, yang melibatkan
pembentukan citra mental dari objek yang diinginkan sebagai cara untuk
memuaskan keinginan.
2. Ego
ü Tidak wujud semasa dilahirkan.
ü Berkembang secara berperingkat.
ü Penuh dengan persepsi, inginkan keajuan dan
boleh menyesuaikan fungsinya mengikut keadaan.
ü Perkembangan ego adalah melalui hubungan secara
sosial dan identifikasikan dengan orang lain, objek di dalam alam
sekelilingnya.
ü Memainkan satu fungsi yang penting dalam
struktur tingkah laku dan personality individu.
ü Berfungsi untuk memenuhi Id.
3. Superego
ü
Komponen terakhir
untuk mengembangkan keperibadian adalah superego. superego adalah aspek
kepribadian yang menampung semua standard internalisasi moral dan cita-cita
yang kita peroleh dari kedua orang tua dan masyarakat – kami rasa benar dan
salah. Superego memberikan pedoman untuk membuat penilaian.
ADA DUA BAGIAN SUPEREGO:
ü
Yang ideal ego
mencakupi aturan dan standard untuk perilaku yang baik. Perilaku ini termasuk
orang yang dipersetujui oleh figura otoritas orang tua dan lainnya. Mematuhi
aturan-aturan ini menyebabkan perasaan kebanggaan, nilai dan prestasi.
ü
Hati nurani mencakupi
informasi tentang hal-hal yang dianggap buruk oleh orang tua dan masyarakat.
Perilaku ini sering dilarang dan menyebabkan buruk, konsekuensi atau hukuman
perasaan bersalah dan penyesalan. Superego bertindak untuk menyempurnakan dan
membudayakan perilaku kita. Ia bekerja untuk menekan semua yang tidak dapat
diterima mendesak dari id dan perjuangan untuk membuat tindakan ego atas
standard idealis lebih Karena pada prinsip-prinsip realistik Superego hadir
dalam sedar, prasedar dan tidak sedar.
Interaksi dari Id, Ego dan superego
Dengan kekuatan bersaing, begitu mudah untuk melihat bagaimana
konflik mungkin timbul antara ego, id dan superego. Freud menggunakan kekuatan
ego istilah untuk merujuk kepada kemampuan ego berfungsi meskipun
kekuatan-kekuatan duel. Seseorang dengan kekuatan ego yang baik dapat secara efektif
menguruskan tekanan ini, sedangkan mereka dengan kekuatan ego terlalu banyak
atau terlalu sedikit dapat menjadi terlalu keras hati atau terlalu mengganggu.
PERANAN TEORI PSIKOANALISIS DALAM KAUNSELING
v
Bertujuan untuk
menimbulkan perseimbangan antara struktur personality yang merangkumi Id, ego,
dan superego.
v
Pendekatan ini dalam
kaunseling menumpukan kepada analisis tentang penumbangan antara Id, ego dan
superego yang berlaku dalam diri seseorang insan.
v
Pendekatan
psikoanalisis dalam proses kaunseling melibatkan interaksi antara kaunselor
dengan kliennya.
TEORI REBT : ALBERT ELLIS
BIODATA :
Lahir di Pittsburgh , 27 September1913
Meninggal pada 24 Julai 2007 pada umur 93 tahun)
merupakan seorang psikolog Amerika, yang menulis buku berjudul How
to Live with a Neurotic . Ia juga pendiri Institute for Rational Living.
Ellis telah menerbitkan 54
buku dan lebih dari 600 artikel tentang REBT (Rational Emotive Behavioral
Therapy), seks, dan perkawinan. Terakhir, ia menjabat sebagai presiden dari
[The Institute for Rational Emotive Therapy] di New York.
PENGENALAN:
Teori Ellis mengenai REBT berlandaskan pada lima hal yang dikenali
dengan singkatan ABCDEF (A-activating experiences; B-beliefs; C-consequence;
D-dispute; E-effects )."A" mencakup pengalaman-pengalaman seperti
kesulitan keluarga, kendala pekerjaan, trauma masa kecil, dan hal-hal lain yang
menyebabkan ketidakbahagiaan. "B" mencakup keyakinan-keyakinan
terutama yang bersifat irrasional dan merosak diri sendiri yang juga merupakan
sumber ketidakbahagiaan. "C" yakni konsekuensi-konsekuensi berupa
gejala neurotik dan emosi negatif seperti panik, dendam, dan amarah karena
depreasi yang bersumber dari keyakinan yang keliru. "D" merupakan keyakinan
irrasioanal yang harus dilawan oleh seorang terapis agar kliennya dapat
menikmati dampak ("E") psikologis positif dari keyakinan yang
rasional.
Menurut Ellis, ada beberapa jenis pikiran keliru yang biasanya
diterapkan oleh orang kebanyakan, yakni:
·
mengabaikan hal-hal
yang positif
·
terpaku pada yang negatif
·
terlalu cepat
menggeneralisasi
Albert juga berpendapat manusia boleh berfikir secara rasional
tetapi emosi boleh mempengaruhi fikiran dan tindakan.
PADA PENDAPAT ELLIS:
Ø
system kepercayaan
(belie system) manusia itu penting.
Ø
System ini adalah
cara manusia menerima realiti .
Ø
Sistem ini juga
memberi kesan kepada cara manusia melihat diri sendiri.
ELLIS JUGA PERCAYA :
Ø
Klien sendiri yang
memulakan gangguan emosi dengan kepercayaan yang tidak rasional.
Ø
Klien sendiri yang
memilih sistem kepercayaan mereka.
Ø
Tugas kaunselor
adalah mengubah kepercayaan yang tak rasional kepada sesuatu yang lebih
bermanfaat kepada klien.
1.Pemikiran karut dan tidak rasional adalah hasil daripada proses
pembelajaran 9meniru apa yang ada,yang didengari dan belajar untuk membentuk
fikiran dan sikap yang tak rasional.
2.Manusia cenderung untuk melihat kekurangan diri – jadi berupaya
untuk mengubah pandangan dan nilai tidak sesuai yang ada pada mereka.
3.Manusia tak sempurna – boleh buat kesilapan
4.Berupaya ubah prose kognitif, emosi, dan tingkah laku.
APLIKASI REBT:
1.
Bersifat multimodal
dan secara menyeluruh ; menggunakan pelbagai teknik melibatkan aspek kognitif,
afektif dan tingkah laku yang dipadankan dengan keperluan klien.
2.
Namun penekanan
adalah mengubah cara berfikir untuk menjadi rasional.
3.
Terapi ini digunakan
ke atas pelbagai masalah klinikal seperti gangguan emosi yang merusuh diri
seperti rasa takut, rasa marah, rasa berdosa, rasa was-was, dan rasa bersalah
yang melampau.
TEORI PEMUSATAN KLIEN / KLIEN CENTERED ( CARL ROGERS )
BIODATA:
Lahir :8
Januari 1902 Oak Park, Illinois, Amerika Serikat
Meninggal : 4 Februari
1987 San Diego, California, Amerika Serikat
Kebangsaan : Amerika
Serikat
Bidang : Psikologi
Institusi :
Universitas Ohio State Universitas Chicago Universitas Wisconsin–Madison
Alma mater :Universitas
Wisconsin–Madison Teachers College, Universitas Columbia
Dikenal :karena
Pendekatan yang berpusat pada manusia (e.g., Terapi yang berpusat pada Klien,
Pembelajaran yang berpusat pada murid)
Dipengaruhi : Otto Rank,
Kurt Goldstein
Ciri-ciri pendekatan client-centered
Rogers tidak mengemukakan teori
client-centered sebagai suatu pendekatan terapi dan tuntas. la mengharapkan
orang lain akan memandang teorinya sebagai sekumpulan prinsip percobaan yang
berkaitan dengan perkembangan proses terapi dan bukan sebagai dogma.
Beberapa ciri-ciri pendekatan client
centered :
- Pendekatan client centered difokuskan
pada tanggung jawab dan kesanggupan klien untuk menemukan cara-cara
menghadapi kenyataan secara lebih penuh. Klien sebagai sebagai orang yang
paling mengetahui dirinya sendiri, adalah orang yang harus menemukan
tingkah laku yang lebih panas bagi dirinya.
- Pendekatan client centered menekankan
dunia fenomenal klien. Dengan empati yang cermat dan dengan usaha untuk
memahami klien. Dengan simpati yang cermat dan dengan usaba untuk memahami
kerangka acuan internal klien, terapis memberikan perhatian terutama pada
persepsi diri klien dan persepsinya terhadap dunia.
- Prinsip-prinsip terapi cliet centered
diterapkan pada individu yang fungsi psikologisnya berada pada taraf yang
relatif normal maupun individu yang derajat penyimpangan psikologisnya
lebih besar.
- bersikap menerima dan empatik yang bertindak
sebagai agen perubahan terapeutik pada klien.
- terapi client centerd memasukan konsep bahwa
fungsi terapis adalah tampil langsung dan bisa dijangkau oleh klien serta
memusatkan perhatian pada pengalaman disini dan sekarang yang tercipa
melalui hubungan antar klien.
- Pendekatan client centered, yang berakar pada
sekumpulan sikap dan kepercayaan yang ditunjukan oleh terapis,dan sebagai
perjalanan bersama di mana baik terapis maupun klien memperlihatkan
kemanusiaannya dan berpartisipasi dalam pengalaman pertumbuhan.
PROSES TERAPEUTIK
Tujuan Terapeutik
Client Centered
Therapy pada dasarnya
memiliki tujuan konseling yang termasuk personality growth type karena
tujuan utamanya adalah reorganisasi self, sedangkan pada tujuan-tujuan
tipe problem solving tidak mengandung unsur reorganisasi self,
dinyatakan pula bahwa tujuan konseling pendekatan ini adalah meningkatkan
keterbukaan pengalaman sehingga akan meningkatkan self konsep dengan
pengalaman-pengalamannya, sehingga akan tumbuh menjadi More fully function
person. Tujuan dasar terapi client centered adalah menciptakan iklim
yang kondusif bagi usaha membantu klien untuk menjadi seorang pribadi yang
berfungsi penuh.
Guna mencapai tujuan terapeutik
tersebut, terapis perlu mengembangkan agar klien bisa memahami hal-hal yang
berada di balik topeng yang dikenakannya. Klien mengembangkan kepura-puraan.
dan bertopeng sebagai pertahanan terhadap ancaman. Sandiwara yang dimainkan
oleh klien menghambatnya untuk tampil utuh di hadapan orang lain dan dalam
usahanya untuk menipu orang lain, ia menjadi asing terhadap dirinya sendiri.
Apabila dinding itu runtuh selama proses
terapeutik, orang macam apa yang muncul di balik kepura-puraan itu?
Rogers (1961) menguraikan ciri-ciri
orang yang bergerak ke arah menjadi bertambah teraktualkan:
- Keterbukaan terhadap pengalaman
- Kepercayaan terhadap organisme sendiri
- Tempat evaluasi internal
- Kesediaan untuk menjadi suatu proses
Fungsi dan Peran Terapis
Terapis client-centered membangun
hubungan yang membantu dimana klien akan mengalami kebebasan yang diperlukan
untuk mengeksplorasi area-area kehidupannya yang sekarang diingkari atau
didistorsinya. Klien menjadi kurang defensif dan menjadi lebih terbuka terhadap
kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam dirinya maupun dalam dunia.
Yang pertama dan terutama, terapis harus
bersedia menjadi nyata dalarn hubungan dengan klien terapis menghadapi klien
berlandaskan pengalaman dari saat ke saat dan membantu klien dengan kategori
diagnostik yang telah dipersiapkan. Melalui perhatian yang tulus, respek,
penerimaan. dan pengertian terapis, klien bisa menghilangkan
pertahanan-pertahanan dan persepsi-persepsinya yang kaku serta bergerak menuju
taraf fungsi pribadi yang jelas tinggi.
Proses dan Prosedur Konseling Menurut Teori Client – Centered
Pemahaman dari proses dan prosedur
konseling ini dapat dilakukan melalui tiga hal, yaitu:
A. Kondisi-kondisi konseling
Rogers percaya bahwa
keterampilan-keterampilan teknis dan latihan-latihan khusus tidak menjamin
keberhasilan konseling atau therapy, tetapi sikap-sikap tertentu dari konselor
merupakan elemen penting dalam perubahan klien.
Sikap tertentu tersebut merupakan Condition
Variable atau Facilitative Conditions, termasuk sebagai berikut:
- Dalam relationship, therapist hendaknya tampil
secara. kongruen atau tampil apa adanya (asli).
- Penghargaan tanpa syarat terhadap
pengalaman-pengalaman klien secara positif dan penerimaan secara hangat.
- Melakukan emphatik secara akurat.
Dengan kondisi tersebut memungkinkan
klien mampu menerima konselor sepenuhnya, di samping terjadinya iklim
Therapeutik. Client-Centered juga sering dideskripsikan sebagai konseling,
konselor tampak pasif, karena kerja konselor hanya mengulang apa yang diucapkan
klien sebelumnya, bahkan sering dikatakan sebagai teknik wawancara khusus. Hal
ini disebabkan karena mereka melihat permukaannya saja. Ketiga kondisi di atas,
tidak terpisah satu dengan yang lain masing-masing saling bergantung dan
berhubungan, di samping itu, terdapat beberapa konsidi yang memudahkan
komunikasi, seperti sikap badan, ekspresi wajah, nada suara, komentar-komentar
yang akurat.
Menurut pandangan pendekatan client
centered, penggunaan teknik-teknik sebagai muslihat terapis akan
mendepersonalisasikan hubungan terapis klien. teknik-teknik harus menjadi suatu
pengungkapan yang jujur dari terapis, dan tidak bisa digunakan secara sadar
diri sebab,dengan demikian, terapis tidak akan menjadi sejati.
Hart (1970) membagi perkembangan teori
Rogers ke dalam tiga periode sebagai berikut:
- Periode I (1940-1950: Psikoterapi nondirektif Pendekatan ini menekankan
penciptaan iklim permisif dan noninterventif. Penerimaan dan klarifikasi
menjadi teknik-teknik yang utama. Melalui terapi nondirektif, klien akan
mencapai pernahaman atas dirinya sendiri dan atas situasi kehidupannya.
- Periode II (1950-1957): Psikoterapi reflektif terapis terutama merefieksikan
perasaan-perasaan klien dan menghindari ancaman dalam hubungannya dengan
kliennya. Melalui terapi reflektif, klien marnpu mengembangkan keselarasan
antara konsep diri dan konsep diri yang idealnya.
- Periode III (1957-1970): Psikoterapi eksperiensial. Tingkah laku yang luas dari
terapis yang mengungkapkan sikap-sikap dasarnya menandai pendekatan terapi
eksperiensial ini. Terapi difokuskan pada. apa yang sedang dialami oleh
klien dan pada pengungkapan apa. yang sedang dialami oleh terapis. Klien
tumbuh pada suatu rangkaian keseluruhan. (Continuum) dengan belajar
menggunakan apa yang sedang langsung dialami.
B. Proses konseling
Pada dasamya teori ini tidak ada proses
therapy yang khusus, namun beberapa hal berikut ini menunjukkan bagaimana
proses konseling itu terjadi.
– Awal
Sernula dijelaskan proses konseling dan psikoterapi
sebagai cara kerja melalui kemajuan yang bertahap, tetapi overlaving, Sp Der
(1945), menyatakan bahwa pertanyaan-pertanyaan emosi yang negatif kemudian
diikuti dengan pertanyaanpernyataan emosi yang positif, dan keberhasilan
konseling adalah dengan mengarahkan penyataan-penyataan tersebut kepada
insight, diskusi perencanaan aktivitas.
– Perubahan. Self
Proses konseling berarti pula proses
perubahan self konsep dan sikap-sikap kea rah self. Konseling yang berhasil
berarti bergeraknya. perasaan-perasaan yang negatif ke arah yang positif.
– Teori Formal
Rogers juga mengemukakan teori
formal tentang proses konseling (1953), yaitu:
- Klien secara meningkat menjadi lebih bebas
dalam menyatakan perasaan perasaannya.
- Munculnya perbedaan objek dari ekspresi
perasaan persepsinya.
- Perasaan-perasaan yang diekspresikan secara.
bertahap menampakkan adanya kecenderungan inkongruensi antara pengalaman
tertentu dengan self konsepnya.
- Self konsep secara meningkat menjadi
terorganisir, termasuk pengalaman- pengalaman. yang sebelumnya ditolak
dalam kesadarannya.
- Klien secara meningkat merasakan adanya
penghargaan diri secara. positif.
-
– Pengalaman-pengalaman
Merasakan pengalaman-pengalaman tertentu
dengan segera dalam konseling merupakan kondisi yang tepat dalam konseling.
Selanjutnya, Rogers juga mengungkapkan adanya tujuan variable yang secara
parallel lebih merupakan kesatuan proses, yaitu makna perasaan pribadi, pola
pengalaman, tingkat ketidakkongruennya, komunikasi self, pola pengalaman yang
dikonstruksi, hubungan dengan masalah-masalahnya, dan pola hubungan dengan yang
lainnya.
C. Hasil konseling
Pada prinsipnya sulit untuk membedakan
antara proses dengan hasil konseling. Ketika kita mempelajari hasil secara
langsung, maka sebenarnya kita menguji perbedaan-perbedaan antara dua perangkat
observasi yang dibuat pada awal dan akhir dari rangkaian wawancara. Walau
demikian Rogers mengatakan hasil konseling ialah klien menjadi lebih kongruen,
lebih terbuka terhadap masalah-masalahnya, kurang defensif, yang semula ini
nampak dalam. dimensi-dimensi pribadi dan perilaku.
Berdasarkan hasil riset, beberapa hasil
konseling antara lain:
- Peningkatan dalarn penyesuaian psikologis.
- Kurangnya keteganggan pisik dan pemikiran
kapasitas yang lebih besar untuk merespon rasa frustasi.
- Menurutnya sikap defensive.
- Tingkat hubungan yang lebih besar antara self
picture dengan self ideal.
- Secara, emosional lebih matang.
- Peningkatan dalam keseluruhan penyesuaian
dalam latihan-latihan vokasional.
- Lebih kreatif.
Dari huraian di atas,
tampak bahwa teori ini kurang memperhatikan kondisi-kondisi sebelumnya dan
pengaruhnya perilaku ekstemal. Sedikit menggunakan teori kognitif, teori
belajar, maupun pengaruh-pengaruh hormonal dalam perilaku. Di samping itu juga
tampak abstrak, global dan kurang mampu menampilkan kekhasan teori ini melalui
teknik yang khas.